Stereokimia

6:29 AM

Isomer Geometri Alkena

Isomer geometri adalah isomer yang terjadi pada dua molekul yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda dalam penataan atom atom dalam ruang. Selalu ingat bahwa sebenarnya molekul molekul itu ada pada ruang tiga dimensi yang atom atomnya berikatan dengan penataan sedemikian rupa. Isomer geometri terjadi karena ketegaran (rigidity) dalam molekul dan hanya dijumpai dalam dua kelompok senyawa yaitu alkena dan senyawa siklik.



Jika suatu gugus atau atom terikat oleh ikatan sigma saja (sp3, umumnya pada senyawa yang berikatan tunggal), maka gugus atau atom yang terikat tersebut dapat berputar sedemikian rupa sehingga bentuk molekulnya akan selalu sama.



Contoh :




Berbeda halnya dengan gugus atau atom yang terikat oleh ikatan rangkap dimana ada ikatan sigma dan pi dalam molekul (sp2). Gugus atau atom ini tidak dapat berotasi tanpa mematahkan ikatan pi –nya terlebih dahulu. Sehingga ada sifat ketegaran adalam molekul yang menyebabkan jika letak atom atau gugusnya berbeda, maka sifat senyawa tersebut berbeda pula. Artinya lagi kedua senyawa tersebut adalah berbeda.



Contoh :




Kedua senyawa diatas adalah berbeda dimana pada senyawa pertama letak atom Cl-nya sesisi sedangkan pada senyawa kedua letak atom Cl-nya berbeda sisi. Senyawa pertama tidak mudah diubah menjadi senyawa kedua, begitu juga sebaliknya karena ikatan rangkap antara atom karbonnya berisifat tegar.



Jika dalam senyawa, dua gugus atau atom yang sama terletak pada satu sisi ikatan pi, maka disebut dengan cis, dan jika letaknya berlwanan disebut dengan trans.




Perbedaan kedua senyawa dapat dibuktikan dari perbedaan sifat fisikanya seperti titik didih kedua senyawa yang berbeda. Senyawa cis-1,2-dikloroetena memiliki titik didh 60 derajat celsius sedangkan senyawa trans-1,2-dikloroetena memiliki titik didih 48 derajat celsius.



Apakah kedua senyawa tersebut termasuk isomer struktural???



Jawabannya tidak, karena ikatan atom atom dan lokasi ikatan rangkap pada kedua senyawa tersebut adalah sama sehingga bukan merupakan isomer struktural. Pasangan senyawa diatas secara umum termasuk ke dalam kelompok stereoisomer, yaitu senyawa yang rumus strukturnya sama tetapi yang berbeda hanyalah penataan atom atom adalam ruang. Secara lebih spesisfik, kedua pasangan senyawa diatas disebut berisomer geometri (cis – trans).



Ingat !!

Senyawa alkena yang berisomer geometri bukanlah termasuk berisomer struktural, karena secara struktural ( letak atom atom dan posisi ikatan rangakap) adalah sama.



Apa syarat senyawa alkena yang memiliki isomer geometri??



Syarat suatu senyawa yang memiliki isomer geometri adalah tiap atom akrbon yang berikatan pi (rangkap) harus mengikat gugus – gugus yang berlainan.



Contoh : 2 – pentena




Pada senyawa pentena diatas, kedua atom karbon yang berikatan rangkap mengikat gugus gugus yang berlainan. Atom karbon pertama mengikat atom H dan gugus CH3, sedangkan atom kedua mengikat H dan gugus – CH2CH3. Senyawa pentena diatas disebut memiliki isomer geometri.



Jika gugus atau atom yang diikat oleh karbon yang berikatan rangkap ada yang sama, walaupun mempunyai ikatan rangkap yang tegar dan tidak dapat berotasi, tetapi senyawa tersebut tidak berisomer geometri.



Perhatikan senyawa dibawah




Karbon pertama yang berikatan rangkap sama sama mengikat atom H, sehingga bentuk pertama dan kedua senyawa diatas adalah sama walaupun penggambaran strukturnya pada bidang datar terlihat berbeda. Ingatlah bahwa molekul sebenarnya ada pada ruang tiga dimensi.
Sumber : www.avkimia.com

Isomer Geometri Senyawa Sikilik

 

Dalam beberapa hal, sifat kimia sikloalkana mirip dengan alkana asikloik (rantai terbuka). Keduanya sama-sama non polar dan cenderung inert. Akan tetapi terdapat perbedaan mendasar. Pertama, sikloalkana kurang fleksibel dibandingkan dengan alkana rantai terbuka. Ikatan tunggal (ikatan sigma) pada alkana asliklik dapat berputar.
 
Pada sikloalkana, ikatan yang terbentuk kurang bebas untuk berputar. Misalnya siklopentana, bentuknya adalah segitiga rigid dan planar. Putaran pada ikatan karbon-karbon tidak mungkin terjadi tanpa merusak cincin.


Oleh karena strukturnya yang siklik, sikloalkana memiliki dua sisi yaitu sisi atas dan bawah. Hal ini memungkinakn sikloheksana memiliki kemungkinan isomerisme berdasarkan letak substituennya. Contohnya, ada dua bentuk isomer dari 1,2-dimetilsiklopropana. Pertama dengan dua gugus metil pada sisi yang sama, kedua dengan gugus metil pada posisi yang  berlawanan. Kedua bentuk isomer merupakan molekul yang stabil, dan dapat dikonfersi dari bentuk satu ke bentuk lainnya tanpa memecah cincin atau tanpa membentuk ikatan baru.


Tidak seperti isomer konstitusional seperti pada butana dan isobutana dimana terdapat perbedaan urutan penempatan atom- atomnya. Kedua isomer 1,2- dimetilsiklopropana memiliki tempat ikatan yang sama, tetapi berbeda pada posisi atom-atomnya. Semua senyawa yang memiliki posisi ikatan atom yang sama tetapi berbeda pada orientasi tiga dimensinya disebut stereoisomer.


1.3 Konformasi Senyawa Rantai Terbuka
Dalam suatu molekul rantai terbuka, atom-atomnya memiliki peluang tak terhingga jumlah penataan/posisinya di dalam suatu ruang. Gugus-gugus fungsi yang terikat pada ikatan karbon-karbon dalam senyawa alkana dapat berotasi dengan bebas mengelilingi ikatan tersebut. Oleh karena itu atom-atom dalam suatu senyawa rantai

terbuka dapat memiliki posisi yang tak terhingga banyaknya di dalam ruang relatif satu terhadap yang lain. Pengaturan posisi atom yang bervariasi/berbeda-beda yang diakibatkan oleh rotasi ini disebut konformasi.
Untuk menggambarkan konformasi, digunakan tiga jenis rumus yaitu :

1. Rumus dimensional

2. Rumus bola-dan-pasak

3. Proyeksi Newman

Proyeksi Newman adalah pandangan ujung ke ujung dari dua atom karbon saja dalam molekul itu, sementara ikatan antar karbon tidak terlihat. Ketiga ikatan dari karbon depan tampak  menuju pusat  proyeksi sementara ketiga ikatan dari karbon belakang hanya tampak sebagian.
Contoh  molekul  yang  digambarkan  dengan  3  jenis  rumus  ini  adalah  3-kloro-1- propanol

Rotasi gugus mengelilingi ikatan sigma menghasilkan konformasi yang berlainan,  seperti  eklips,  gauche, goyang  dan anti. Konformer dengan  energi rendah lebih disukai. Pada temperatur kamar konformer dapat diubah menjadi satu sama lain dan karena itu mereka bukanlah isomer yang dapat diisolasi. Untuk cincin sikloheksana, disukai konformer bentuk kursi.


 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

5 comments

Write comments
December 14, 2016 at 3:02 AM delete

assalamualaikum ikhsan..saya sedikit kurang mengerti mengenai hal ini : Konformer dengan energi rendah lebih disukai. Pada temperatur kamar konformer dapat diubah menjadi satu sama lain dan karena itu mereka bukanlah isomer yang dapat diisolasi. apabila pada temperatur tinggi apa yang akan terjadi pada konformer tersebut? terimakasih

Reply
avatar
December 14, 2016 at 3:36 AM delete

assalam, saudara ikhsan. saya annisa puspa zulida ingin bertanya, apakah yang anda ketahui tentang senyawa meso? Tolong jelaskan

Reply
avatar
San
December 14, 2016 at 3:45 AM delete

Terimakasih
Senyawa meso merupakan senyawa dengan n atom karbon kiral yang dapat memiliki maksimum 2
n
stereoisomer, tetapi tidak sebanyak itu. Senyawa meso tidak bersifat aktif optis kerena memiliki bidang simetri dan dapat dihimpitkan dengan tepat satu sama lain diatas bayangan cermin. Akan tetapi senyawa meso ini mengandung atom karbon kiral.

Reply
avatar
December 14, 2016 at 4:20 AM delete

selamat malam saudara ikhsan,postingan yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca, saya hanya ingin menambahkan
Polarisasi cahaya adalah pembatasan atau pengutuban arah getaran gelombang transversal menjadi satu arah getar tertentu.
1. Polarisasi karena Pemantulan
Berkas sinar alami (sinar yang belum terpolarisasi) dijatuhkan dari medium udara, ke medium kaca (cermin datar). Dengan sudut datang i = 57o, maka sinar yang dipantulkan sudah terpolarisasi, seperti pada gambar berikut:
2. Polarisasi karena Pemantulan dan Pembiasan
Pemantulan akan menghasilkan cahaya terpolarisasi jika sinar pantul dan sinar biasnya membentuk sudut 90o. Arah getar sinar pantul yang terpolarisasi akan sejajar dengan bidang pantul. Oleh karena itu sinar pantul tegak lurus sinar bias, berlaku : Ip + r = 90o atau r = 90o – Ip.
Dengan demikian, berlaku pula
Jadi, diperoleh persamaan
Keterangan :
n2 : indeks bias medium tempat cahaya datang
n1 : medium tempat cahaya terbiaskan
Ip : sudut pantul yang merupakan sudut terpolarisasi.
Persamaan diatas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster.
3. Polarisasi karena Penyerapan Selektif
Polarisasi yang diperoleh dengan memasang dua buah polaroid, yaitu polarisator dan analisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi linier dari cahaya alami
yang tak terpolarisasi. Analisator berfungsi untuk mengubah arah polarisasi dan mengatur besar intensitas cahaya yang akan diteruskan ke pengamat.
Suatu cahaya tak terpolarisasi datang pada lembar polaroid pertama disebut POLARISATOR, dengan sumbu polarisasi ditunjukkan oleh garis-garis pada polarisator. Kemudian dilewatkan pada polaroid kedua yang disebut ANALISATOR. Jika kuat medan listrik cahaya terpolarisasi vertikal sebelum analisator adalah E, maka kuat medan listrik cahaya terpolarisasi yang keluar dari analisator adalah E cos q
Maka intensitas sinar yang diteruskan oleh polarisator I1, haruslah memiliki I (Intensitas), dimana :
I1 = ½ I0
dengan I0 adalah intensitas cahaya mula-mula (cahaya yang tidak Terpolarisasi). Cahaya dengan Intensitas (I1) kemudian datang pada analisator dan cahaya yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas cahaya (I2). Menurut HUKUM MALUS, hubungan antara I2 dan I1 dapat sinyatakan oleh :
I2 = I1 cos2 q atau I2 = ½ I0 cos2 q
dengan q sebagai sudut antara sumbu polarisasi dan sumbu analisator.
4. Polarisasi karena Pembiasan ganda (bias ganda)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.
1. berkas sinar biasa (ordinary)
2. berkas sinar luar biasa (extraordinary)
Ketika berkas cahaya yang tidak terpolarisasi memasuki bahan bias kembar, cahaya itu akan terpisah menjdi 2 cahaya yang terpolarisasi.

Sinar 1 = Sinar istimewa

Tidak memenuhi hukum snellius (hukum pembiasan) dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi sempurna.
b. Sinar 2 = Sinar biasa
Memenuhi hukum Snellius dan cahaya terpolarisasi sebagian .

Reply
avatar
San
December 14, 2016 at 5:09 AM delete

walaikumsalam terimakasih
Sebagai contoh saya mengambil pada konformasi enzim. Peningkatan suhu juga
berpengaruh terhadap perubahan konformasi
substrat sehingga sisi reaktif substrat
mengalami hambatan untuk memasuki sisi
aktif enzim dan menyebabkan turunnya
aktivitas enzim.
Kedua, peningkatan energi termal molekul
yang membentuk struktur protein enzim itu
sendiri akan menyebabkan rusaknya interaksi-
interaksi non kovalen (ikatan hidrogen,
interaksi van der Waals, interaksi hidrofobik,
dan interaksi elektrostatik) yang menjaga
struktur 3 dimensi enzim secara bersama-sama
sehingga enzim mengalami denaturasi.
Denaturasi menyebabkan struktur lipatan
enzim membuka pada bagian permukaannya
sehingga sisi aktif enzim berubah dan terjadi
penurunan aktivitas enzim
Jadi semaikn tinggi suhu konformasi akan sering terjadi

Reply
avatar